JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan
mencoba mengganti penurunan pekan lalu dengan kenaikan pada awal pekan ini,
Senin (25/11/2013). Namun indeks masih punya peluang turun mengingat sentimen
yang bervariatif, khususnya terkait pelemahan rupiah.
Bursa Wall Street ditutup naik pada akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones dan S&P 500 bahkan kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang masa dengan menembus 16.000 dan 1.800.
Indeks Dow Jones menguat 54,78 poin (0,34 persen) ke 16.064.77. Indeks S&P 500 naik 8,91 poin (0,50 persen) juga rekor terbarunya di 1.804,76. Indeks Komposit Nasdaq menanjak 22,50 poin (0,57 persen) ke level 3.991,65.
Sementara itu, IHSG menutup pekan dengan turun 8,25 poin (0,19 persen) ke 4.317,96, mencatatkan jumlah transaksi sebanyak 17,1 juta lot atau setara dengan Rp 5,5 triliun. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih di pasar reguler sebesar Rp 38 miliar dengan saham yang paling banyak dijual antara lain TLKM, GGRM, INTP, ASRI dan PTBA.
Mata uang rupiah menguat tipis ke Rp 11.700 per dollar AS. Secara teknikal, menurut riset KDB Daewoo Securities Indonesia, penurunan IHSG merupakan penurunan lanjutan, begitu juga dengan MACD histogram memberikan sinyal penurunan yang sudah terbatas.
Untuk awal pekan ini diperkirakan IHSG akan menguat walau masih dalam sentimen variatif, dengan support di level 4.191 dan resistance 4.498. Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan adalah BBTN, CTRS dan WIKA.
Sementara itu Riset Asjaya Indosurya Securities memroyeksikan rentang pada awal pekan ini di 4.284-4.404 dan untuk sepanjang pekan ini di 4.284-4.472. Pergerakan IHSG masih akan dalam rentang mendatar tetapi semakin menyempit dengan kecenderungan akan terjadi penguatan pada pekan ini. Namun, sifatnya masih technical rebound selama belum mampu ditutup di atas 4.427.
Sedangkan tekanan yang sudah terjadi dalam usaha menembus support 4.300 dan tidak berhasil, merupakan indikator kuat yang menunjukkan bahwa potensi penurunan IHSG sudah berada dalam kategori sangat terbatas. Support kuat saat ini berada pada 4.269. Saham-saham yang layak koleksi adalah UNVR, BBCA, TOTL, PTRO, ADRO, SIMP, AKRA dan ISAT.
Bursa Wall Street ditutup naik pada akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones dan S&P 500 bahkan kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang masa dengan menembus 16.000 dan 1.800.
Indeks Dow Jones menguat 54,78 poin (0,34 persen) ke 16.064.77. Indeks S&P 500 naik 8,91 poin (0,50 persen) juga rekor terbarunya di 1.804,76. Indeks Komposit Nasdaq menanjak 22,50 poin (0,57 persen) ke level 3.991,65.
Sementara itu, IHSG menutup pekan dengan turun 8,25 poin (0,19 persen) ke 4.317,96, mencatatkan jumlah transaksi sebanyak 17,1 juta lot atau setara dengan Rp 5,5 triliun. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih di pasar reguler sebesar Rp 38 miliar dengan saham yang paling banyak dijual antara lain TLKM, GGRM, INTP, ASRI dan PTBA.
Mata uang rupiah menguat tipis ke Rp 11.700 per dollar AS. Secara teknikal, menurut riset KDB Daewoo Securities Indonesia, penurunan IHSG merupakan penurunan lanjutan, begitu juga dengan MACD histogram memberikan sinyal penurunan yang sudah terbatas.
Untuk awal pekan ini diperkirakan IHSG akan menguat walau masih dalam sentimen variatif, dengan support di level 4.191 dan resistance 4.498. Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan adalah BBTN, CTRS dan WIKA.
Sementara itu Riset Asjaya Indosurya Securities memroyeksikan rentang pada awal pekan ini di 4.284-4.404 dan untuk sepanjang pekan ini di 4.284-4.472. Pergerakan IHSG masih akan dalam rentang mendatar tetapi semakin menyempit dengan kecenderungan akan terjadi penguatan pada pekan ini. Namun, sifatnya masih technical rebound selama belum mampu ditutup di atas 4.427.
Sedangkan tekanan yang sudah terjadi dalam usaha menembus support 4.300 dan tidak berhasil, merupakan indikator kuat yang menunjukkan bahwa potensi penurunan IHSG sudah berada dalam kategori sangat terbatas. Support kuat saat ini berada pada 4.269. Saham-saham yang layak koleksi adalah UNVR, BBCA, TOTL, PTRO, ADRO, SIMP, AKRA dan ISAT.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/11/25/0743366/IHSG.Mencoba.Menguat.pada.Awal.Pekan
Analisis:
Indeks Harga
Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia . Sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini
mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat
di BEI. Investor dapat melihat dari trent yang terjadi dari IHSG sebagai
pengambilan keputusan. Telah disebutkan bahwa IHSG adalah suatu indikator yang
menunjukan pergerakan suatu saham, maka dari hal ini dapat disebutkan bahwa
hal-hal yang dapat mempengaruhi IHSG sama dengan hal-hal yang mempengaruhi
harga saham. Apabila kita ingin membeli saham pada sebuah perusahaan sebaiknya
kita harus memperhatikan setiap harinya perkembangan IHSG apakah prusahaan itu
sehat atau tidak untuk kita beli. Hal-hal yang dapat mempengaruhi harga saham
dapat berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor
internal dapat berasal dari perkembangan dan kesehatan perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan itu. Sedangkan
faktor eksternal dapat berasal dari makro ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar